Sunday, April 13, 2008

Bersihkan Jiwa Kita

Membaca Tahdzibul Akhlaq-nya Ibnu Maskawaih adalah membaca diri sendiri.

Saya membaca halaman demi halaman buku ini dengan penuh ketakjuban: begitu tajam, mengalir, logis dan aplikabel.

Dalam banyak kesempatan, Prof. Mohamed Arkoun menyebut Ibnu Maskawaih sebagai ikon peradaban Islam yang menyumbang peran besar bagi umat manusia di zamannya. Kalau cendikiawan muslim masa kini mau ambil peran besar menata umat manusia zaman kini, spirit Ibnu Maskawaih wajib jadi acuan.

Dr. Faruq an-Nabhan, mantan Direktur Darul Hadits al-Hassaniyah Maroko pernah khusus membahas pikiran-pikiran Ibnu Maskawaih dalam pengajian Durus al-Hassaniyah di Istana Raja Maroko.

Pendidikan Islam, mengacu kepada Ibnu Maskawaih, terminal akhirnya adalah menyampaikan manusia kepada Tuhan. Untuk itu, tiga tabir penghalang --menurut Ibnu Maskawaih-- harus ditembus: pertama, perbuatan maksiat; kedua, keterkaitan hati dengan dunia, dan; ketiga, lemahnya himmah (semangat kerja keras) untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Jika seseorang mau sampai kepada Tuhan, maka ia harus meninggalkan dosa-dosa, memutus keterkaitan hatinya dengan dunia materi dan meningkatkan terus menerus semangat dan kerja keras melakukan amal agama, betapapun beratnya.

Masih banyak detil soal-soal jiwa yang dibahas Ibnu Maskawaih dalam bukunya Tahdzibul Akhlaq ini. Untuk internalisasi, saya kira membaca buku ini tidak cukup hanya sekali tamat. Ia perlu dijadikan rujukan terus menerus dalam tata laku kehidupan sehari-hari, jika memang seseorang mau serius membersihkan jiwa agar bisa sampai kepada Sang Pencipta-nya.

Mengutip al-Jahidz: al-kitab khairu jaliisin fizzaman, buku adalah teman terbaik sepanjang masa.

No comments: